Berdamai dengan Diri: Lebih dari menjadi Tidak Apa-apa

Januari 23, 2020

Salam hangat selalu kutujukan pada pembaca blog ini. Malam begitu indah saat ini, malam ketika aku membiarkan jari-jariku menari dan membunuh waktu. Tuhan memberikan langit yang cerah dengan bintang-bintang yang tak lelah memberikan harapan akan cantiknya malam. Begitupun dengan rembulan yang setia menghiasi malam meskipun ia tahu, kuasanya tak sebesar mentari ketika fajar menyingkap malam.

Aku tidak tahu bagaimana kabarmu ketika membaca ini, namun aku yakin bahwa Tuhan mengirimmu pada tulisan ini dengan alasan yang pasti. Beberapa waktu ini, Tuhan tengah mengajakku untuk belajar. Memintaku untuk menjadi lebih rendah dalam sujud dan lebih lirih dalam memohon ampun. Jutaan riuh dan gaduh kecemasan yang menghantuiku berhasil mengenalkanku akan prinsip Berdamai dengan Diri.
Bagiku, kalimat klise tersebut bukanlah hal yang baru. Tak terhitung berapa orang yang telah mengucapkan kata itu. Ketika kalimat sakti itu disebut, perapal selalu mengarahkannya pada prinsip "It is okay not to be okay". Memang benar dan tidak ada yang menyalahkan prinsip tersebut. Namun seiring berjalannya waktu aku mulai menyadari bahwa berdamai dengan diri lebih dari istilah "It is okay not to be okay".


Berdamai dengan Diri Adalah Prinsip

Berdamai dengan diri adalah prinsip

Bagiku, berdamai dengan diri adalah "paket-prinsip". Dia tidak dapat berdiri sendiri, dan perlu komitmen lebih untuk bisa benar-benar mengamalkannya. Rembulan begitu terik di luar sana, dan kali ini aku tidak ingin menyimpan prinsip ini sendiri. Bagiku berdamai dengan diri terdiri dari tiga hal, yaitu: meminta maaf, meminta tolong, dan berterimakasih. Ketiganya adalah prinsip yang harus dipegang agar kalian sekalian dapat bangkit atas keterpurukan yang 'dihadiahkan' pada kalian

Berdamai itu Meminta Maaf

Maaf, satu kata yang mudah diucapkan namun butuh daya ekstra untuk dapat meyakininya. Tidak berlebihan jika aku beranggapan bahwa maaf memiliki harga tinggi untuk dibayarkan. Hal ini karena tidak semua orang  mampu dan bersedia melakukanya. Namun, kali ini aku tidak akan menekankan pada maaf terhadap orang lain. Melainkan, tingkatan maaf yang lebih tinggi, yaitu pada diri sendiri. Mungkin terdengar absurd bagimu. Tapi memang benar, ketika kamu merasa memiliki masa lalu yang kelam, dan memiliki kesalahan besar yang belum dapat diterima, cobalah untuk meminta maaf pada dirimu sendiri. Bagaimana caranya? Berbicaralah pada dirimu sendiri sampaikan atas seluruh penyesalan dan mulailah berjanji bahwa masa lalumu tidak akan kamu ulangi lagi. Yakinlah, masa lalu tidak harus sepenuhnya kamu lupakan, ambillah pelajaran, minta maaf pada dirimu dan berjanjilah untuk tidak mengulanginya lagi.

Berdamai itu Meminta Tolong

Setelah kamu meminta maaf, kamu pasti akan berusaha untuk bangkit dan mencari tahu, hal apa yang harus kamu lakukan unuk dapat bangkit dari keterpurukanmu. Sedetik setelah kamu menemukan hal itu, akan muncul daya yang hebat dan kamu akan mulai bertanya bagaimana cara terbaik untuk dapat melakukannya.  Tanamkan hal ini, bahwa kamu tidak sendiri dan tdak pernah sendiri. Kamu dan seluruh dayamu memiliki kemampuan untuk bangkit. Sosok terbaik yang dapat membantumu bangkit adalah dirimu sendiri. Ibarat ketika kita ingin melakukan sesuatu dan kamu memerlukan bantuan, pasti kamu akan meminta tolong pada seseorang kan? Kembalilah kepada ucapanku bahwa kamu dan dirimu sendiri adalah sosok terkuat yang mampu melaluinya. Minta tolonglah pada dirimu sendiri agar dapat berjuang bersama. 
Ya diri, tolong aku ya. aku gak bisa ngelakuin ini sendiri. Bantu aku untuk bangkit, aku tau kamu adalah sosok yang paling setia dan akan selalu ada buatku. Bantu aku.

Berbicaralah pada hati nuranimu bahwa kamu mampu.

Berdamai itu Berterimakasih 

Kamu telah melalui masa dan perjalanan yang panjang. Beragam rintangan telah kamu lalui baik itu kamu merasa baik atau buruk. Begitupun dengan diri dan hati nuranimu. Dia adalah sosok yang memaafkan mu ketika kamu memiliki salah, dan dia adalah sosok yang dengan ikhlas membantumu untuk bangkit dan berjuang. Dirimu memerlukan apresiasi. Hal ini lah yang orang-orang sering sebut dengan apresiasi diri. Satu hal yang perlu kamu ingat bahwa apresiasi diri bukanlah sesuautu yang harus dilakukan dengan mengeluarkan dana lebih. Aku berbicara demikian karena banyak orang yang mengaitkan apresiasi diri dengan traveling, makan di restaurant mahal, atau shopping. Esensi apresiasi diri adalah ketika kamu dapat menghargai dirimu. Satu langkah kecil yang dapat kamu lakukan adalah dengan berterimakasih pada dirimu sendiri. Sampaikan ucapan terimakasih karena dirimu telah setia untuk ada dan berjuang bersama. 

Terimakasih ya, kamu sudah tetap ada disini. Kamu telah mau aku ajak berjuang. Terimakasih atas semangat dan lelahmu. Maaf jika terkadang aku terlalu egois, dan terimakasih karena kamu tidak lelah-lelahnya mengingatkanku. Terimakasih diriku.


Berdamai dengan diri adalah konsepsi tertinggi dalam kebangkitan seseorang. Berdamai dengan diri adalah definisi sesorang yang mau untuk menjadi lebih baik dengan menerima setiap kekurangan dan kekelaman yang ia lalui. Aku tahu ini berat, namun tidak akan pernah sekalipun menjadi ringan jika kamu enggan untuk mencobanya. 

Kawanku, jangan lah terus tenggelam dalam masalalumu, karena masa depanmu menunggumu. Di akhir terbitan ini, akan aku bagikan podcast pertamaku, berbagi opini tentang Berdamai dengan Diri. Aku berharap kamu dapat menemukan makna berdamai dengan diri dari perspektifmu sendiri. 




Bagi teman-teman yang ingin berbagi cerita tentang "Bangkit dari masalalu" atau berdamai dengan diri, bisa komen di bawah atau email ke: budakmimpi.com@gmail.com. 


You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Followers