Pedagang roti- ia memang tak jauh
beda dengan pedagang lain. Berjuang roti tiap hari dalam keramaian dan hiruk
pikuk pasar. Satu hal yang membedakan adalah kebiasaannya yang tak bisa jauh
dari Al-Quran. Tak pernah lepas baginya Al-Quran dalam genggamannya. Senantiasa
ia membaca Al-Quran sembari menunggu pelanggan.
Kebiasaan ini memunculkan perhatian
anaknya yang masih remaja. “Ayah, mengapa ayah senang sekali membaca Al-Quran?
Apakah dengan membacanya setiap saat hafalan ayah bertambah?” tanya anaknya. Pedagang
itu pun lekas menjawab, “Tidak anak, dengan membaca Al-Quran hafalan ayah pun
tak bertambah, bahkan mungkin justru berkurang seiring bertambahnya usia.”
Lantas mengapa ayah tetap senang membaca Al-Quran? “. “Jika kamu ingin tahu
alasan ayah suka membaca Al-Quran, besok ikut Ayah ke pantai dan bawalah
keranjang.”, balas ayahnya. Sang anak pun mengangguk pertanda setuju.
Pantai
Setiba di pantai pedagang itu
memerintahkan anaknya untuk menuju ke perairan dan mengambil air pantai
menggunakan keranjang yang telah dibawanya. Berulang kali sang anak mencoba
mengambil air, namun tak sedikitpun ia memperoleh air pantai mengingat
keranjang merupakan wadah yang berlubang-lubang.
Anak:
“Ayah, bagaimana mungkin bisa mengambil air dengan keranjang ini?”
Ayah:
“Cobalah terus anak”
Sang anak pun terus mencoba
mengambil air menggunakan keranjang yang dibawanya, namun tetap saja meskipun
telah mencoba berulang kali air pantai pun tak didapat. Tak lama kemudian
akhirnya sang anak menyerah dan menghampiri ayahnnya.
Anak:
“Ayah, maaf saya sudah menyerah, mencoba berulang kali namun tak ada yang
kudapat”
Ayah:
“Tak ada yang sia-sia anak, coba tengok keranjang yang kau bawa tadi. Apakah
ada yang berbeda?”
Sang anak memperhatikan
keranjangnya tersebut, memang terdapat perbedaan. Lantas ia pun berkata, “Ada
Ayah, keranjang yang awalnya kotor sekarang menjadi bersih”. Sang ayah pun
mengangguk sambil berkata, “Benar sekali anakku, keranjang ini adalah ayah dan
air pantai itu adalah ayat-ayat Al-Quran”. Sang anak nampak memperhatikan
ayahnya dengan seksama, dan ayahnya pun melanjutkan perkataannya.
Setiap hari ayah membaca Al-Quran bertujuan untuk membersihkan ayah, ayah tahu kalau hati ayah tak sebersih kain sutra, namun ayah yakin Al-Quran mampu membersihkan kotoran-kotoran hati yang ada pada ayah.
Sejurus kemudian sang anak pun
memeluk ayahnya, rasa bangga terbit dalam dirinya memiliki ayah yang sangat
patuh pada agama.