Gerbang Kesuksesan
Maret 12, 2014
Gerbang Kesuksesan
Baju
SMP, kalung kuning, serta seperangkat
hal aneh kini terpasang di tubuhku, berpadu dengan kesibukan yang amat
terlalu. Semuanya terjadi sejak 2 minggu yang lalu. Pagi-pagi sekali telah
kupersiapkan diriku dengan segala berkas yang diminta oleh para petinggi negara
sebagai syarat pendaftaran pendidikan ketingkat selanjutnya. Kulirik jam
dinding yang tak lelah-lelahnya berputar menunjukkan kesetiannya pada sang
empunya.
Tepat
pukul 06.30 kulangkahkan kakiku menuju sekolah tujuan pendaftaran. Ditemani oleh
ibuku yang tak kalah sibuknya dengan pendaftaran ini. Tak memakan waktu yang
cukup lama, sampailah kami di sekolah yang diagung-agungkan oleh orang banyak ini.
SMKN
2 Yogyakarta, cukup agung terpampang di salah satu sisi sekolah. Entah tanpa
alasan, tertegunlah kami di depan gapura sekolah cagar budaya ini. Sedetik
kemudian kuhantarkan kakiku memasuki sekolah. Sepi, inilah kata pertamaku
setelah sekian lama kukatupkan mulutku dalam kesibukan yang mengheningkan ini.
Mungkin karena hari tersebut merupakan hari pertama pendaftaran, atau mungkin
karena label KMS yang tertera pada pendaftaran ini. Dua pertanyaan tersebut
kini terperangkap dalam pikiranku.
Hingga terdengar suara yag sama sekali tak kukenal, menutup segala imajinasi
serta menarik pandanganku. Ia lah dia, remaja berjas biru, almamater SMKN 2
Yogyakarta.
“Ada yang bias saya bantu?”, tegasnya
“Kalau nilai segini bias masuk jurusan
Multimedia nggak ya?”, sahut ibuku
“Insyaallah bisa bu, langsung saja ke loket
pendaftarnnya”, jawabnya sambil menunjukkan loket yang ia maksud.
Kutengok
sekeliling, banyak siswa dan orangtuanya yang terpaksa pulang karena tak
mengenakan seragam SMPnya. Barulah kusadari bahwa sekolah ini memang
benar-benar ketat dalam hal peraturannya.
Kulemparkan
pandanganku ke arah ibuku yang telah selesai registrasi. Kuhantarkan tubuhku
mengikuti wanita yang telah merelakan separuh hidupnya untukku. Duduk di kursi
tunggu, inilah satu-satunya hal yang dapat serta harus aku lakukan kini.
Terbesit pula kewajiban yang terbeban di pundakku , guna memenuhi semua syarat
system pendidikan sekolah ini.
Giliranku
pun tiba. Tahap pertama, tes fisik. Entah mengapa, satu-satunya syarat serta
serangkaian tes yang paling membebaniku ialah tes fisik tersebut. Dan satu-satunya
alasan yang mampu menjawabnya ialah tinggi badan minimum yang telah ditetapkan oleh
sekolah ini. Mengingat tinggi badanku yang hanya 151 cm, cukup tipis untuk
memenuhi syarat utama tes tersebut. Hilang kesadaran beberapa saat. Itulah yang
kualami ketika kuketahui aku lolos dalam tes tersebut. Hanya ucapan remaja berjas
biru lain yang memintaku menjalani tes berikutnya lah yang mampu menyadarkanku
dari keheninggan sesaat yang kulami tadi.
Satu
persatu tes telah kujalani, mulai dari tes buta warna, kepribadian, bahkan tes
yang di dalamnya tersemat pertanyaan mengenai nama takmir masjid terdekat
dengan rumahku. Cukup aneh memang, entah termasuk prosedur tes atau hanya
sekedar gurauan guru pencoba kala itu.
Semua
berkas telah kukumpulkan. Kurelakan waktu berlalu dengan diiringi ketawakalan
yang menghibur hati yang penuh harap ini. Hari pertamu telah berlalu. Nampak
namaku yang masih menempati daftar siswa pada situs online karya petinggi negara itu. Hanya ada dua pilihan untuk nama
itu, hilang atau masih setia berada pada daftar tersebut.
Hari
kedua. Tak banyak terjadi perubahan pada daftar tersebut. Hingga pada
detik-detik penutupan, namaku pun masih berada pada posisi yang sama layaknya
hari sebelumnya. Dan akhirnya pendaftaran pun ditutup. Pada saat yang sama
pula, kuketahui bahwa diriku telah diterima di sekolah idaman banyak kalangan,
SMKN 2 Yogyakarta.
Kusembahkan
sujudku serta kulantunkan syukurku kepada-Nya. Tak lupa ku uraikan doa, semoga
keagungan gerbang sekolah ini merupakan cerminan gerbang kesuksesanku kelak.
0 komentar